Jumat, 31 Juli 2015

PKS Keturunan




♫ Mengarungi samudra kehidupan
Kita ibarat para pengembara
Hidup ini adalah perjuangan
Tiada masa tuk berpangku tangan ♫

Siapa yang tak kenal lirik nasyid fenomenal ini. Semua yang membacanya pasti membaca dengan membayangkan nada nya, atau bahkan penyanyi asli nya.

Saat ini, pemuda yang usianya kisaran 20, 21, 22, 18, atau bahkan 25 tahun juga banyak yang sudah akrab dengan nasyid ini sejak masa kecil. Bisa dipastikan, ia adalah anak kader. Ya. Anak dari pegiat partai dakwah ini sejak dulu, sejak partai ini lahir, merangkak, dan berjalan perlahan-lahan.

Mata mereka sudah akrab dengan lambang yang teraransemen dari warna hitam, kuning dan putih. Telinga mereka sudah akrab dengan lagu-lagu haroki, lagu-lagu partai ini.

Mereka juga yang dulu menjadi saksi mungil, betapa mengharukannya perjalanan dakwah orangtua mereka. Seorang teman pernah bercerita kepada saya. Dulu, mengaji atau liqo bukanlah hal yang bebas dilakukan dimana saja dan kapan saja. Bahkan, dulu rumah abi nya sempat mendapat teror dari orang tak dikenal, bahkan di depan rumahnya pula pernah ada yang menandai dengan tanda silang menggunakan cat. Entah apa maksud penteror. Anak seusianya yang dulu masih kecil, berusaha mengerti meskipun tak tahu apa arti semua itu.

Kini usia mereka mulai beranjak dewasa. Dan merekapun telah tersebar diseantero Indonesia. Banyak yang bilang, mereka adalah gelombang ketiga. Generasi harapan bangsa. Namun, tak sedikit yang memandang mereka sebelah mata. Dikatakanlah mereka sebagai PKS keturunan, tarbiyah keturunan. Ya. Hanya sekedar keturunan. Hanya sekedar label namun tak memancarkan bias dari keturunan tersebut.

Tak apa, meski mereka hanyalah PKS keturunan, meski mereka hanyalah tarbiyah keturunan, tapi cinta yang diturunkan orangtuanya telah mendarah daging dalam tubuh mereka. Cinta yang sepertinya akan sulit di lunturkan. Cinta yang sepertinya akan sulit di tumbangkan. Cinta mereka terhadap partai dakwah ini. Karna di partai ini mereka tumbuh, karna di partai ini mereka mengenal ukhuwah, dan dipartai ini juga mereka sedang belajar untuk menjadi manusia sebermanfaat kedua orangtua mereka. dan dari cinta yang tertanam kuat itulah, suatu hari mereka akan mampu memancarkan bias nya. Bias dari sebuah turunan cinta. Wallahu a’lam.

0 komentar:

Posting Komentar